Selasa, 01 Januari 2013

Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

 Konflik Arab-Israel (bahasa Arab: الصراع العربي الإسرائيلي Aṣ-Ṣirāʿ al-ʿArabī al-'Isrā'īlī, bahasa Ibrani: הסכסוך הישראלי ערבי), secara kasar terjadi selama satu abad, adalah konflik politik dan peperangan terbuka. Konflik ini terjadi karena didirikannya gerakan Zionis yang bertujuan untuk mendirikan negara Israel. Konflik antara negara-negara Arab dan Israel masih berlangsung sampai sekarang.



Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.



Jenis konflik yang paling umum berhubungan dengan isu-isu pribadi (konflik kepribadian; pergumulan kekuasaan; rasa tidak aman, kurangnya pengakuan); isu-isu yang bersifat material (perselisihan atas kepemilikan harta benda); perbedaan-perbedaan ideologi dan teologi (perbedaan kepercayaan). Konflik pribadi sering merupakan peperangan emosional; konflik ideologi secara tipikal merupakan konflik intelektual dalam permulaannya (sekalipun sering berkembang menjadi pergumulan emosional). Apa pun konteks jenis kepemimpinan yang Anda layani, kemungkinan besar akan menghadapi setiap variasi konflik.

Untuk memelihara keseimbangan dan momentum, seorang pemimpin harus menyadari kapan konflik biasanya timbul dan mengambil langkah untuk mengatasinya. Resolusi sering muncul melalui teknik seperti negosiasi, dialog, dan pemberdayaan. Ketidakberhasilan untuk mengatasi konflik dengan tepat dapat melumpuhkan atau menimbulkan kerusakan serius pada kesehatan, kemajuan, dan potensi organisasi.

Terlepas dari kendala-kendala yang biasanya terjadi sebagai akibat konflik, pengenalan pada konflik yang terkendali dan terencana oleh pemimpin, dapat menjadi dorongan yang berharga bagi gerakan yang positif dan tentulah sebuah alat kepemimpinan yang kurang dimanfaatkan secara maksimal.

Konflik yang disebabkan secara sengaja oleh pemimpin, baik dengan mempromosikan visi yang menantang atau dengan melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan visi yang dirancang secara khusus, untuk menghasilkan konfrontasi yang produktif. Untuk membedakannya dari tekanan dan gejolak yang terjadi di dalam alur kehidupan organisasi yang normal, marilah kita menyebutkan konflik yang dibuat oleh pemimpin sebagai konflik strategis.


Memulai Konflik Strategis

Meskipun biasanya kita menganggap konflik sebagai istilah yang negatif -- sebagai kendala atau hambatan -- sebenarnya konflik, terutama konflik strategis, menggambarkan suatu kesempatan. Ternyata, para pemimpin menggunakan konflik untuk menolong orang-orang bertumbuh. Konflik adalah salah satu alat yang dimiliki para pemimpin untuk membuat hal-hal baik terjadi. Bila konflik digagas, dimulai, dan dikelola dengan tepat, maka konflik akan menjadi komponen yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan dalam mengatasi masalah.

Setiap organisasi yang sehat memunyai seorang pemimpin kunci yang mengerti nilai dan perlunya konflik, dan menggunakannya sebagai alat untuk memajukan organisasi. Jangan berasumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang menjengkelkan dan pembuat keonaran; sering kali, para pemimpin itu adalah orang-orang yang pintar bergaul, yang hanya sekadar menyadari bahwa konflik adalah pilihan yang terbaik untuk memungkinkan segala sesuatu maju.

Memberi Respons dengan Kecakapan

Namun demikian, tampaknya kesediaan Anda untuk mengintegrasikan konflik tergantung pada beberapa faktor, seperti: kepribadian, kestabilan emosi, kedewasaan rohani, dan kecakapan untuk memimpin.

Kecakapan Anda untuk memimpin merupakan gambaran yang cukup tepat mengenai bagaimana Anda akan menghadapi konflik. Untuk mengoptimalkan konflik sebagai alat, kenalilah kecenderungan Anda dan masukkan kecenderungan tersebut ke dalam rencana Anda. Ada empat kecakapan memimpin: pemimpin pengarah, pemimpin strategis, pemimpin pembangun tim, dan pemimpin operasional. Marilah kita pelajari, bagaimana setiap jenis kepemimpinan itu menangani konflik, sebagai alat pertumbuhan, secara normal.

Pemimpin Pengarah

Dari empat jenis, pemimpin pengarah adalah yang paling cenderung menciptakan tekanan-tekanan dengan tujuan mendorong kelompok untuk maju. Sebagai pemenang visi yang dominan dalam tim kepemimpinan, pemimpin pengarah memiliki peluang-peluang yang paling banyak untuk memancing konflik.

Sebagai tambahan, jenis kepribadian dari kebanyakan pemimpin pengarah memberi kemungkinan untuk perilaku yang mengandung risiko besar -- seperti mendorong orang-orang yang dipimpinnya dengan sengaja untuk melewati batas-batas mereka. Walaupun pemimpin yang baik tidak akan menyalahgunakan taktik ini; pemimpin pengarah cenderung menikmati tenaga, intensitas emosi, dan perubahan langkah yang dapat dinaikkan oleh tekanan ini. Waspadalah: Setelah para pemimpin memulai suatu konflik dan menikmati keuntungan utama dari konflik itu, mereka sering mendelegasikan proses resolusinya kepada orang lain.

Pemimpin Strategis

Kebanyakan pemimpin strategis merasakan pengembangan konflik sebagai suatu taktik yang membangkitkan minat dan yang membuahkan hasil-hasil yang menyenangkan untuk dipelajari. Para pemimpin strategis yang hebat terbuka terhadap alat apa pun, untuk memelihara integrasi organisasi dan memacu kemajuan untuk mencapai visi. Namun demikian, memperkenalkan konflik eksternal di dalam kelompok akan menimbulkan konflik internal bagi pemimpin strategis. Pada umumnya, mereka merasa kurang senang dengan spekulasi yang berisiko tinggi, dan mereka menyadari konflik yang terkendali pun tidak dapat diperhitungkan sepenuhnya.

Mereka mungkin mengalami jenis kontradiksi internal lainnya juga. Sebagai orang-orang yang tidak emosional, mereka tidak terlalu memerhatikan penderitaan orang sebagai akibat konflik. Namun demikian, mereka memunyai pengertian secara intelektual adanya harga yang mungkin dibutuhkan taktik seperti ini dari orang-orang yang dipimpin. Akhirnya, hal paling menarik bagi mereka adalah menguji berbagai macam kemungkinan, mengamati hasilnya, dan menarik kesimpulan yang mungkin menolong organisasinya untuk mencapai visinya pada situasi saat ini atau di kemudian hari. Mereka jarang campur tangan di dalam proses yang sedang berkembang; mereka cukup hanya mengumpulkan data yang berkaitan dan menginterpretasikan maksud data tersebut.

Pemimpin Pembangun Tim

Sekalipun di bawah kondisi yang terbaik, para pemimpin pembangun tim merasakan penderitaan orang-orang yang dipimpinnya. Karena terdorong oleh perasaannya, maka para pemimpin ini sukar menerima perlunya konflik, dan karena mereka mengerti emosi orang-orang tersebut, mereka mengerti manfaat konflik.

Para pemimpin pembangun tim, biasanya menghasilkan konflik yang sama sekali berbeda dari konflik yang dibuat oleh pemimpin pengarah: Mereka sering mengecap pilihan-pilihan orang-orang yang mereka pimpin itu, sebagai perusak tujuan yang disepakati atau memperlemah kemampuan orang lain untuk mencapai sasaran mereka. Mereka mungkin mendorong orang-orang yang menyakiti hati sesamanya untuk mematuhi prinsip Matius 18:15, menjumpai orang yang mereka sakiti dan meminta maaf. Bila perasaan sakit hati menghalangi kemajuan terhadap visi mereka, maka interaksi yang diakibatkannya tidak biasa, namun biasanya produktif.

Pemimpin Operasional

Para pemimpin operasional tidak menyukai konflik karena dua hal. Pertama, mereka sering diminta oleh pemimpin pengarah untuk menyelesaikan isu-isu konflik. Kedua, karena mereka sangat tertarik untuk mempertahankan momentum, maka konflik dipandang seolah-olah memperlambat gerakan untuk maju, tanpa jaminan bahwa mereka akan dapat menguasai kembali letupan konflik itu. Konsekuensinya, pemimpin operasional biasanya menginginkan konflik secepatnya berakhir sebersih mungkin dari perjalanan mereka. Pada kesempatan tertentu, mereka mungkin memperkenalkan konflik yang merupakan kemauan mereka sendiri, tetapi itu bukan taktik dagang yang biasa mereka kerahkan.

Sering kali, mereka tidak sampai pada akar masalah; mereka mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat, membuat suatu tinjauan persoalan yang sangat bersifat bisnis, dan mengeluarkan resolusi yang direkomendasikan. Begitu orang-orang yang terlihat menerima rekomendasi tersebut, para ahli operasional ini memusatkan kembali perhatian mereka pada tugas-tugas yang sudah menunggu.

Konflik pada Tim

Salah satu ironi yang lebih menarik adalah bahwa tim-tim kepemimpinan sering memunyai konflik yang terpendam di dalam tim mereka masing-masing, yang timbul hanya karena perbedaan-perbedaan emosional dan intelektual yang dibawa oleh pemimpinnya masing-masing ke meja kerja. Cara mereka yang berbeda untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi, menilai dan berinteraksi dengan orang-orang, menggambarkan dan menerapkan kesimpulan, dan berkomunikasi dengan orang-orang biasanya meningkatkan tekanan. Unsur-unsur yang menolong tim untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaannya adalah kesepakatan bersama untuk menerima visi sebagai pusat perhatian mereka dan pencapaiannya secara efisien sebagai sasaran mereka.

1.       Jenis- jenis konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi, antara lain :



1)      Konflik Intrapersonal

Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:

-          Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing

Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.

-          Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.

-          Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.



Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya yang sering kali menimbulkan konflik.



Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :



-          Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.

-          Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.

-          Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.



2)       Konflik Interpersonal

Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.

Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.



3)       Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok

Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.



4)      Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.



5)      Konflik antara organisasi

Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Diambil dari:

Judul buku : A Fish Out of Water
Judul bab : Konflik: Senjata Rahasia Pemimpin
Penulis : George Barna
Penerjemah : Sri Wandaningsih
Penerbit : Immanuel, Jakarta 2006
Halaman : 149 -- 153

0 komentar:

Posting Komentar