SURAT (PENGERTIAN, FUNGSI, PERANAN) - BAHASA INDONESIA 2

Surat adalah alat komunikasi penyampaian informasi secara tertulis dari satu pihak ke pihak lain. Informasi yang disampaikan tersebut dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan, kritikan dan sebagainya.

LAPORAN (PENGERTIAN, FUNGSI, MAMFAAT, CIRI, JENIS) - BAHASA INDONESIA 2

Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.

KARANGAN (PENGERTIAN, MENURUT AHLI, JENIS) - BAHASA INDONESIA 2

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.

Perbedaan antara "AROUND THE COMPUTER" dan "THROUGH THE COMPUTER"

Yaitu audit terhadap suatu penyelenggaraan sistem informasi berbasis komputer tanpa menggunakan kemampuan dari peralatan itu sendiri. Audit terjadi sebelum dilakukan pemeriksaan secara langsung terhadap data ataupun program yang ada didalam program itu sendiri.

UNIVERSITAS GUNADARMA

COLORING THE GLOBAL FUTURE

Kamis, 10 April 2014

Hipotesis


Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atauunit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, danspesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.


Jenis-jenis Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika... maka...
b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...
c. Ada pengaruh... terhadap...
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol
atau nihil.




Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan
statistik.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada pengaruh... terhadap...

Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti
tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh
pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan
hipotesis.

Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal.
Hal – hal tersebut diantaranya :
1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel.
3) Hipotesis harus dapat diuji
4) Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.



Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :


- Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.

- Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.

- Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.

- Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.



Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian.  Data yang dikumpulkan dapat juga berupa data sekunder, yang artinya data tersebut diperoleh bukan dari hasil penelitiannya sendiri, tetapi merupakan data yang dikumpulkan oleh orang lain; dan diolah kembali oleh si peneliti.  Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya, data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.  Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.
 Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.  Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan.  Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :
 -         metode pengamatan langsung,
 -         metode dengan menggunakan pertanyaan, dan
-         metode khusus, misalnya studi banding
 Perlu dijelaskan juga bahwa cara pengumpulan data dapat dikerjakan berdasarkan pengalaman.sebelumnya.

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

Dari arti kata kedua istilah tersebut segera dapat diartikan "Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan olph peneliti untuk mengumpulkan data".
"Cara" menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah: angket (questionnaire), wawancara atau interviu (interview),pengamatan (observation), ujian atau tes (test), dokumentasi (documentation), dan lain sebagainya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

"Instrumen penelitian" yang diartikan sebagai "alat bantu" merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (question­naire), daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview guideatau interview schedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atauobservation schedule) soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut dengan "ter" saja, inventors (invertory),skala (scale), dan lain sebagainya.
Melihat daftar jenis-jenis metode dan daftar jenis-jenis instrumen tersebut diatas, terdapat istilah-istilah yang sama, yaitu angket dan tes. Dengan demikian ada metode angket dan instrumen angket. Demikian juga ada metode tes dan instrumen tes. Memang instrumen angket digunakan sebagai alat bantu dalam penggunaan metode angket; demikian juga halnya dengan tes. Namun ada kalanya peneliti memilih metode angket tetapi menggunakan daftar cocok sebagai instrumen.
Menurut pengertiannya, angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Daftar cocok, menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responder dilakukan dengan memberikan tanda centang atau tanda cocok (ü) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi "daftar cocok" sebenarnya merupakan semacam angket juga tetapi cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok itulah yang menyebabkan ia disebut demikian.
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode.
Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut dipasangkan, akan terlihat kaitan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No.
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket (questionnaire)
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (checklist)
Skala (scala), inventori (inventory)
2
Wawancara (interview)
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (checklist)
3
Pengamatan/Observasi(Observation)
Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet, observation schedule), (checklist).
4
Ujian/Tes (test)
Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori(inventory).
5
Dokumentasi
Daftar cocok (checklist)
Tabel
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa:
1.    Inventors dapat digunakan sebagai angket (tidak digunakan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya "ketat" seperti tes, (misalnya angket minat) tetapil ada yang berkedudukan seperti tes.
2.    Daftar cocok (checklist) dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama "daftar cocok" lebih menunjuk pada cara mengerjakan dan wujud tampiIan instrumen dibandingkan dengan jenis instrumen sendiri.
Mengenai jenis-jenis instrumen yang disebutkan di atas, penulis yakin bahwa para pembaca telah mengenalnya. Dalam buku-buku penelitian sudah banyak diuraikan. Meskipun demikian untuk memperoleh penjelasan menyeluruh tentang metode dan instrumen pengumpul data ini, dalam bagian berikut diberikan sekadar gambaran singkat tentang pengertian dan contoh-contoh instrumen terutama dalam mengenai persamaan dan perbedaannya.
1. Angket
Angket, seperti telah dikemukakan pengertiannya di atas, merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Orang yang diharapkan memberikan respons ini disebut responden. Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.
a.  Angket terbuka
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan altematif jawaban yang ada pada responden.
Contoh pertanyaan angket terbuka:
Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Tuliskan apa, di mana, dan berapa lama!
Jawab:
No.
Jenis Penataran
Tempat Penataran
Berapa Hari
1.
...............................
...............................
.......................
2.
...............................
...............................
.......................
3.
...............................
...............................
.......................
4.
dan seterusnya kira-kira 5-7 nomor
Menggali informasi mengenai identitas responden biasanya dilakukan dengan membuat pertanyaan terbuka. Keuntungan pertanyaan terbuka terdapat pada dua belah pihak yakni pada responden dan pada peneliti:
(1).  Keuntungan pada responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan atau keadaannya.
(2).  Keuntungan pada peneliti: mereka akan memperoleh data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan demikian.
b.  Angket tertutup
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (x) pada kolom atau tempat yang sesuai.
Contoh pertanyaan angket tertutup:
1)  pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Jawab: ..................................  ....a. Pernah ....b. Tidak
1.    Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih dari satu)
....a.    materi bidang studi
....b.    metode mengajar/strategi belajar-mengajar
....c.    memilih dan penggunaan media/alat pelajaran
....d.    menyusun alat evaluasi
c. Angket campuran
yaitu gabungan antara angket terbuka dan tertutup.
Contoh pertanyaan angket campuran:
1)  Pernahkah Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Jika pernah berapa kali?
....a.    Tidak pernah (langsung ke nomor 3)
....b.    Pernah, yaitu ...kali (teruskan nomor 2)
2)  Penataran tentang apa saja yang Anda ikuti dan berapa hari lamanya?
1.    Materi pelajaran                                          .....hari
2.    Metode mengajar                                       .....hari
3.    Pemilihan dan penggunaan media                  .....hari
4.    Penyusunan alat evaluasi                              .....hari
2. Daftar Cocok (Checklist)
Di dalam penjelasan mengenai angket dikemukakan juga bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi kemudahan dalam memberikan jawabannya. Di lain tempat, yakni di dalam penjelasan umum mengenai instrumen disebutkan bahwa daftar cocok adalah angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek (ü). Dengan keterangan tersebut tampaknya angket tertutup dapat dikategorikan sebagai checklist. Namur demikian angket bukan khusus merupakan daftar. Daftar cocok mempunyai pengertian tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Berta mempermudali responden dalam memberikan respondennya. Daftar cocok memuat beberapa pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar responden tidak diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal tetapi dalam bentuk membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.
Contoh:
Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan kebiasaan Anda melakukan pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.
No.
Jenis kegiatan di rumah
Dikerjakan oleh Anda
Dikerjakan bersama
Dikerjakan pembantu
1.
Menyiapkan makan pagi
2.
Membersihkan rumah
3.
Mencuci pakaian sendiri
4.
Mencuci sprei, korden, dan seterusnya.
5.
Mencuci alat-alat makan ...dan seterusnya
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi jawaban yang harus diberikan oleh responden hanya empat macam yakni:. "Dikerjakan oleh Anda", “Dikerjakan bersama", dan "Dikerjakan pembantu". Dengan daftar cocok ini barang kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden terhadap pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif jawaban tersebut disajikan dalam bentuk angket, alternatif jawaban hanya tiga macam itu akan disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Daripada memakan tempat padahal responden sudah tahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah diisi oleh responden terlihat adanya daftar tanda centang yang disebut daftar cocok. Istilah "daftar cocok" juga dapat datang dari apa yang diharapkan dari responden, yakni memberi tanda cocok atau tanda centang pada daftar pernyataan yang disediakan.
3. Skala (scale)
Skala menunjuk pada sebuah instrumen pengumpul data yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Di dalam Encyclophedia of Educational Evaluation disebutkanThe term scale in the measurement sense, comes from the Latin word scale, meaning "ladder" or “flight of stairs". Hence, anything with gradation can be thought of as "scaled".
Contoh:
Peneliti ingin mengungkapkan bagaimana seseorang mempunyai sesuatu kebiasaan. Alternatif yang diajukan berupa frekuensi orang tersebut dalam melakukan suatu kegiatan. Gradasi frekuensi dibagi atas: "Selalu", "Sering",. "Jarang", "Tidak pernah". Skala yang diberikan kepada responden adalah sebagai berikut:
No.
Jenis kegiatan di rumah
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Bangun sebelum jam 5 pagi
2.
Menyiapkan makan pagi
3.
Membersihkan rumah
4.
Mencuci pakaian sendiri
5.
Mencuci perabot rumah tangga... dan seterusnya
Skala banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek kepribadian atau aspek kejiwaan yang lain. Selain skala, penelitian yang berhubungan dengdn aspek-aspek kejiwaan memerlukan jenis instrumen-instrumen pengumpul data lain, baik yang berupa tes, inventori untuk hal-hal umum (general inventories, misalnyaMinnesota Multiphasic Personality Inventory - MMPI, dan inventori untuk aspek-aspek khusus (Specific Inventories seperti: Rokeach Dogmatism Scala, Fundamental Interpersonal Relations Orientation - Behavior - FIRO - B, Study of Values, dan lain-lain). Untuk penelitian pendidikan, walaupun dapat dikatakan tidak terlalu sering menggunakan instrumen-instrumen seperti disebutkan, tetapi bagi penelitinya perlu juga mengenal ragam alat pengumpul data aspek-aspek psikologi tersebut.
Problematika pendidikan seperti kerancuan dalam mengikuti pelajaran, lambatnya siswa menyelesaikan studi serta masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar, menjadi topik yang tetap aktual di kalangan pendidikan sekolah formal. Selain penelitian yang tidak terlalu menyangkut aspek-aspek kejiwaan secara langsung, masih banyak problem pendidikan yang terkait dengan aspek kejiwaan tersebut, misalnya rendahnya prestasi disebabkan rendahnya harga diri siswa. Lemahnya semangat belajar dikarenakan adanya lesu kreativitas dan seterusnya. Itulah sebabnya dalam bagian ini akan disajikan pula beberapa contoh instrumen untuk mengungkap aspek-aspek kejiwaan agar para peneliti pendidikan dapat terperinci menggali penyebab timbulnya masalah pendidikan melalui aspek kejiwaan siswa dan guru yang terlibat di dalam kegiatan pendidikan tersebut. Namun demikian untuk dapat menggunakan alat-alat pengungkap gejala kejiwaan seperti tes, inventori khusus dan lain-lain, diperlukan suatu kemampuan khusus. Pada umumnya mahasiswa lulusan faktultas Psikologi dapat diminta untuk membantu melaksanakan pengumpulan data yang diungkap melalui instrumen-instrumen tersebut.
Skala seperti dicontohkan di atas merupakan skala bentuk gradasi dari satu jenis kualitas. Dalam contoh di atas, alternatifnya ada empat sehingga terdapat empat tingkatan kualitas kes eringan. Skala yang berasal dari ide yang dikemukakan oleh Likert dan dikenal dengan skala Likert ini biasanya menggunakan lima tingkatan. Tentu saja peneneliti dapat membuat variabel dengan menyingkat menjadi tiga tingkatan:
Selalu          -  Kadang-kadang     - Tidak Pernah
Baik             -  Cukup                - Jelek
Besar           -  Sedang             -  Kecil
Jauh            -   Cukup              -  Dekat
dan dapat pula memperbesar rentangan menjadi lima tingkatan:
Selalu            - Sering Sekali     -  Sering      - Jarang   - Jarang Sekali
Selalu            -  sering sekali      -  Sering      -  Jarang   - Tidak Pernah
Baik Sekali    - Baik                -  Cukup      -  Jelek      -  Jelek Sekali
Besar Sekali  - Besar              -   Cukup       -  Kecil      - Kecil Sekali
Misalnya:
Sangat setuju
Setuju
Abstain
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
(SS)
(S)
(A)
(TS)
(STS)
Pemilihan alternatif diserahkan pada keinginan dan kepentingan peneliti yang menciptaka instrumen tersebut. Ada Jenis lain yang telah dikembangkan oleh Inkels, bukan menyajikan alternative jenjang kualitas untuk sesuatu predikat, tetapi jenjang dari kualitas mini suatu perbuatan. Bentuk skala model. indeks ini menyerupai tes objektif bentuk pilihan ganda, tetapi alternatifnya menunjuk pada gradasi.
Langkah-Langkah Dalam Menyusun Instrumen
Secara umum penyusunan instrumen pengumpul data dilakukan dengan penahapan sebagai berikut:
1.  Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.
2.  Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
3.  Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.
4.  Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.
5.  Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
6.  Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau instruksi) dan kata pengantar.